Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEMUDA: NAHKODA MASA DEPAN BANGSA

(Catatan Dialog Kepemudaan DPD PPMI “Muda dan Berkarya” 10/03/2015)




                Siang itu, nampak mendung menggantung di langit Kota Jogja. Kondisi siang yang biasanya terik, tergantikan dengan hawa sejuk, membuat nyaman siapa saja yang ingin bepergian keluar rumah. Saya dengan semangat berangkat dari rumah pukul 10.30 WIB untuk menghadiri undangan dialog kepemudaan DPD Purna Prakarya Muda Indonesia. Semangat, karena kondisi cuaca mendukung, apalagi tempat diskusi di rumah makan, jadi sangat mendukung, J. Dialog ini mendatangkan narasumber Ibu My Esty Wijayati (Anggotas Komisi X DPR RI) dan Kepala BPO DIY. Sesampainya di lokasi acara yaitu di Dapur Sambal Alun Alun Utara, nampak kursi undangan belum sepenuhnya terisi. Akhirnya acara dimulai pukul 11.00 WIB yang semula dijadwal pukul 10.00 WIB.
                Diskusi dimulai setelah dibuka oleh Ketua DPD PPMI dan sajian beberapa penampilan seni. Ketua DPD PPMI menjelaskan, PPMI merupakan organisasi bentukan pemerintah yang berfungsi sebagai wadah alumni pemuda yang telah mengikuti pertukaran pemuda antar provinsi. Dialog dimulai dengan pemaparan oleh narasumber pertama dari BPO DIY. Bapak Kepala BPO DIY yang saya lupa namanya, menjelaskan kondisi kekinian mengenai DIY khususnya pemuda. Kabar bahagianya, angka harapan hidup DIY berada diatas rata-rata nasional. Tetapi kabar buruknya, angka kemiskinan dan penggunaan narkoba berada diatas rata-rata nasional.
Permasalahan pelik kepemudaan semakin menggerogoti eksistensi pemuda kita, sebut saja pembegalan, tawuran, penggunaan narkoba, kasus kekerasan, dll yang notabene dilakukan oleh pemuda. Beliau tetap optimis ketika melihat banyaknya organisasi pemuda, terutama yang hadir dalam dialog itu, ada PPMI, KPN, PPI, Youth Forum, LCD, IPNU, IPPNU, IPM, PM, dll melangsungkan pergerakan massif untuk melakukan perubahan di ranah kepemudaan. Beliau juga menyampaikan harapan kepada Bu Esty selaku perwakilan DIY dalam komisi yang menggarap isu-isu yang jogja banget, yaitu pendidikan, kebudayaan dan kepemudaan dapat melahirkan kebijakan yang pro kepemudaan.  
                Dialog selanjutnya masuk ke narasumber kedua. Bu Esty memaparkan peran pemuda dalam UU no. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan. Pemuda adalah warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Disini Bu Esty menekankan kepada organisasi kepemudaan untuk diisi dengan pemuda yang usianya sesuai agar jalur pendanaan ke pemerintah semakin mudah. Dialog selanjutnya merembet ke penjelasan mengenai peran, tanggung jawab dan hak pemuda. Pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, control sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Bu Esty juga menyampaikan langkah pemerintah dalam menggarap isu kepemudaan, yakni Penyadaran, Pemberdayaan dan Pengembangan. Jika dikaitkan dengan IPM, terlihat tidak jauh beda dengan 3P dalam Gerakan Pelajar Berkemajuan.
                Bu Esty juga menjelaskan mengenai kondisi riil pengambil kebijakan negara dalam mengarahkan pemuda Indonesia saat ini. Bahwa pengambil kebijakan hanya fokus dalam pembahasan anggaran yang sebagian besar ditujukan untuk kompetisi olahraga. Kaum legislatif dan eksekutif kita masih terjebak dalam pemikiran sempit untuk memajukan pemuda bangsa ini. Kemajuan pemuda dinilai bisa dicapai hanya melalui kompetisi olahraga yang produktif melahirkan prestasi. Padahal itu adalah program instan dalam menggarap kepemudaan, belum lagi virus pragmatisme yang dapat menjangkiti olahragawan muda, dimana kompetisi diikuti hanya untuk mencari kemenangan semata. Menjadi PR besar untuk Negara ini, masih jarang dalam tataran elit pengambil kebijakan untuk membahas grand design “Mau dibawa kemana pemuda bangsa ini, untuk setahun, 5 tahun atau puluhan tahun mendatang?”. Belum ada pembahasan kongkrit mengenai gerakan maupun paradigma yang dibawa untuk mengembangkan pemuda bangsa ini oleh elit kita.   
                Akhirnya dialog memasuki sesi pertanyaan dan sharing. Enam peserta memeriahkan sesi ini, beberapa mengkritisi, ada juga yang memberi masukan. Kritik terbesar oleh peserta yaitu menanyakan dimana peran pemerintah yang nyata ketika organisasi pemuda bergerak untuk mengembangkan pemuda bangsa ini. Tangan pemerintah seringkali kurang dirasakan ketika organisasi sudah bergerak di akar rumput. Bu Esty membenarkan hal tersebut, dan menjadikan PR bersama bagi pemerintah. Tindak lanjutnya, Bu Esty akan memperjuangkan organisasi kepemudaan untuk dilibatkan dalam pembahasan kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai pemuda.
Kesimpulan menarik dari dialog tersebut yaitu organisasi kepemudaan diminta bersama-sama bersinergi untuk mengembangkan pemuda Indonesia ke arah yang lebih baik, karena dengan wadah organisasi/komunitas, pemuda akan mampu mengaktualisasikan kemampuan dirinya dan melakukan perubahan-perubahan sosial dalam jiwanya. Akhirnya akan lahir pemuda yang peduli lingkungan sekitar, bukan pemuda yang apatis dan brutal. Tak lupa Bu Esty berpesan kepada seluruh hadirin untuk membongkar sekat-sekat yang selama ini membatasi ruang gerak kita untuk saling berkolaborasi dalam keharmonisan membangun pemuda Indonesia. Bukan terbelenggu dalam sekat-sekat ideologi, politik maupun warna organisasi yang membuat kita saling memberi jarak. Untuk itulah dialog semacam ini diperlukan dan butuh dikembangankan. Sehingga kita bisa saling bertukar informasi, meruntuhkan sekat yang membatasi, berbagi ide dan inovasi, merencanakan kolaborasi, dan menyongsong perubahan bersama-sama dengan langkah pasti. Pemuda Jaya!


Posting Komentar untuk "PEMUDA: NAHKODA MASA DEPAN BANGSA"