Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menembus Batas 0,5: “SILATURAHMI” SEBUAH KATA YANG INDAH BILA DIJALANI

Waduk Sempor

                Kamis, 9 februari 2012 Yogyakarta-Banjarnegara. Pada hari itu kutempuh jarak 350 km demi menjalin tali silaturahmi yang mulai pudar semenjak 3 tahun lalu. Bersama sahabatku, Ahmad Fadhia Azmi, perjalanan tersebut menjadi sebuah perjalanan yang menegangkan dan cukup memacu adrenalin, ^^. Bagaimana tidak, “si raja jalanan” julukannya di angkatan kami, memacu motor hondanya hingga serasa melayang dijalanan. Berangkat pukul 07.00 WIB, kami dapat tiba di tujuan pukul 10.30 WIB. Rute perjalan tepatnya Yogyakarta-Purworejo-Kebumen-Banjarnegara. Yang menarik ketika kami melintas di jalan Kebumen-banjarnegara, kami mampir sejenak di waduk sempor yang ternyata pemandangannya, uh wow, sangat menarik. Mampir sejenak untuk beristirahat sambil menikmati hidangan sate yang merupakan bekal dari ibunya adit.

Tak lengkap rasanya bila menemukan tempat yang bagus dan tidak bernarsis ria, ^^. Akhirnya setelah puas photo-photi sejenak, kami melanjutkan perjalanan. Tak kusangka lagi, ternyata jalan kebumen-banjarnegara sangat menarik dengan pemandangan kanan-kiri pohon pinus dan sungai diinggir jalan yang biru. Sejuk dan menentramkan, apalagi setelah berpenat-penat ria dengan seonggok kegiatan yang menumpuk di jogja. Tak berapa lama kamipun sampai di merden, banjarnegara. Yap lokasi tujuan kami. Langsung kami cabut kerumah Pak khayan.  

Rumah pak khayan dulu merupakan tempat tinggal kami selama 3 minggu saat bertugas sebagai mubaligh hijrah di daerah itu ketika bulan ramadhan 2008. Karena itulah, keluarga pak khayan sudah kami anggap keluarga sendiri. Sebenarnya aku agak menyesal, karena baru tiga tahun setelah MH dulu baru bisa bersilaturahmi kembali. Itupu karena kami mendapat kabar mengenai teman kami, Fa’i di merden yang mengalami kecelakaan dan menderita luka yang cuku parah. Sayangnya, ketika kami sampai di sana, Pak Khayan dan Bu Titin (Istri Pak Khayan) sedang kerja. Akhirnya kami berubah haluan kerumah anaknya Pak Khayan. Ternyata disana kami hanya bertemu Riza, cucu perempuannya Pak Khayan. Yaudah deh, ngobrol dulu sejenak, karena kebetulan Riza satu fakultas kuliahnya denganku, jadi mengalir pembicaraan2 yang seru dan g jelas, hehe.

Setelah itu kami langsung menuju rumahnya Fa’i, sekaligus dalam rangka menjenguknya. Sampai disana kami disambut hangat oleh Fa’i dan beberapa temannya. Bahkan teman2 yang lain diundang untuk bertemu kami. Begitu hangat sambutan keluarganya sampai2 kami disuruh menginap. Namun apa daya, karena malamnya aku harus mengajar privat sehingga dituntut berada di jogja malamya. Yang jelas, banyak pelajaran yang bisa kami ambil ketika bersilaturahmi ke rumah Fa’i, lebih2 ketika kita sesama muslim memiliki kewajiban untuk menjenguk saudara muslim kita ketika sakit.

Setelah puas bertamu di rumah Fa’i, kami meuju kerumah Pak Khayan lagi. Akhirnya ketemu beliau2 juga. Senyum ramah mereka tak berubah walau sudah 3 tahun berlalu. bahkan baru sampai langsung di tawarin untuk makan siang, padahal tadi di rumah Fa’i sudah disuruh makan juga. Agar tidak mengecewakan kami akhirnya makan juga. apalagi masakannya enak, dengan sambal plus pete khasnya, pokoknya serasa kembali ke masa muda dulu, tiga tahun dulu (emang sekarang udah tua ya?^^). Setelah makan, kami diberi nasehat2 dan petuah2 dalam hidup. Wah Subhanallah, ketika itu gampang sekali mencerna nasehat2nya, hingga timbul semangat yang membara. Tak disangka, ketika kami pamit pulang, beliau memberi kami oleh2. Padahal kami hanya bawa oleh2 buat Fa’i. Begitu baiknya dari dulu hingga sekarang, sampai kami mengganggap mereka orang tua kami sendiri. Setelah itu kami memacu honda kami menuju jogja kembali pada pukul 15.30 dan sampai di jogja pukul 18.45 (rekor bukan), ^^.

Satu hal lagi yang disayangkan, karena ak belum ketemu Bu sulystio anaknya Pak Khayan, yang juga aku anggap orang tua sendiri. Tapi tak mengapa, semoga di lain kesempatan bisa bertemu kembali. Amin. Dengan membawa sejumput semangat yang membara didada hasil silaturahmi tadi, kami kembali ke jogja untuk bersiap berjuang menuju sukses. Walau lelah, walau sejenak, walau sedikit yang kami beri, walau rintangan menghadang, percayalah bahwa silaturahmi begitu indah ketika dijalani. Karena tak ada kerugian dibaliknya, hanya kebermanfaatan yang tiada habisnya yang kita rasakan. Semoga tali silaturahmi diantara sesama muslim takkan pernah putus. ^^


Yogyakarta, 6 Maret 2012


Galeri Photo

Majid Islamic Center Merden
Bis yang ditumpangi Fa'i dan mengalami kecelakaan

Posting Komentar untuk "Menembus Batas 0,5: “SILATURAHMI” SEBUAH KATA YANG INDAH BILA DIJALANI"