Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENUNGGU PERAN BESAR OPERATOR CERDAS


MENUNGGU PERAN BESAR OPERATOR CERDAS
Oleh : Harjoni Desky* | Juara 2 XL Award Wartawan 2011 

Siang itu, tampak dari kejauhan ada seorang anak berjalan sambil menggangkat tas merah bututnya di atas kepala, seakan-akan ingin berteduh dari terik matahari. Cuaca siang itu cukup panas sekali. Namun, kondisi tersebut seakan-akan tidak dirasakan oleh Rudi, teman si anak yang bertas merah. Rudi asyik mendengarkan lagu Aceh dari ringtone hpnya. Rupanya Rudi baru saja membeli hp dari salah satu toko kenalannya di Kota Lhokseumawe. Yang menarik adalah hp yang baru saja dibeli Rudi berasal dari uang tabungannya sendiri. Selama ini, Rudi mengembala Lembu (red - Sapi). Upah dari mengembala tersebut dikumpulkannya sedikit demi sedikit demi membeli hp, tentu saja usaha seperti ini memerlukan waktu yang panjang dan pengorbanan, apa lagi Rudi adalah anak yatim piatu korban konflik.

Inilah sepenggal cuplikan kisah yang dapat terekam oleh penulis, saat berkunjung ke salah satu desa terpencil dari Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara. Dulu ketika konflik terjadi di Aceh, banyak orang ngeri (takut) mendengar nama Kecamatan Nisam dan Kecamatan Sawang, karena seringnya terjadi kontak senjata antara GAM dan TNI disana. Tapi itu dulu, sekarang suasana kehidupan masyarakat sudah jauh berbeda. Dalam kondisi damai seperti sekarang ini, masyarakat dapat kembali hidup normal, pergi ke sawah dan ke ladang dengan perasaan tenang, tidak merasa takut.

Aceh Utara bukan saja merupakan daerah bekas konflik, bahkan menurut catatan dari Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, Kabupaten Aceh Utara ini, merupakan daerah tertinggal. Ukuran daerah tertinggal/ terpencil yang ditetapkan oleh Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal adalah dengan melihat pada kondisi kualitas sumber daya manusia (SDM), yang dicirikan dengan indeks pembangunan manusia (IPM). Itu terlihat dari rendahnya rata-rata lama sekolah (RLS), angka melek huruf (AMH) dan angka harapan hidup (AHH). Daerah tertinggal juga memiliki keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya sehingga mereka mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.


Peran Operator Memajukan Pendidikan dan Perekonomian

Daerah terpencil tidak hanya memiliki keterbatasan prasarana dan sarana pendidikan, tetapi mereka juga tidak sejahtera. Karena itu, konsep dasar pembangunan pendidikan dan perekonomian di daerah harus bersifat adil, partisipatif dan terintegrasi harus benar-benar dilaksanakan, sehingga kesenjangan yang terjadi saat ini dapat diatasi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Namun, Disisi lain, kondisi geografis ternyata menjadi salah satu penghambat ketercapaian akses dan pemerataan pendidikan dan perekonomian suatu daerah. Misalnya saja, kesenjangan akses pendidikan antara desa dan kota atau daerah terpencil dengan daerah perkotaan merupakan salah satu penyebab tidak meratanya mutu pendidikan.

Ditambah lagi rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan yang berakibat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia di daerah turut menjadi faktor penyebab ketimpangan mutu. Disamping adanya keterbatasan prasarana dan sarana yang menyebabkan masyarakat pendidikan kesulitan untuk melakukan aktifitas pendidikan.

Tidak bisa dikesampingkan bahwa dalam proses pembangunan pendidikan di daerah dibutuhkan pola kemitraan yang solid. Pola kemitraan dikembangkan tidak saja dengan sesama institusi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan pendidikan, namun juga dengan institusi atau lembaga lainnya, misalnya dengan dunia usaha atau bisnis. Tidak saja harus menunggu bola tetapi juga harus sering “berlaku” sebagai pengambil bola. Karena itu, operator yang cerdas dalam kondisi seperti ini harus mampu memainkan peran pentingnya membangun kemitraan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas di tingkat institusi pendidikan.

Kemitraan solid sangat diperlukan, dengan pola kemitraan yang terbangun dan didasari oleh komitmen tinggi akan memunculkan sense of crisis dan sense of belonging antara para pelaku pendidikan itu sendiri. Contoh kecil dan sederhana adalah pemanfaatan tanggung jawab sosial (CSR), misalnya membangun pola kemitraan provider telekomunikasi atau sejenisnya dengan pemerintah daerah untuk melaksanakan pelatihan literasi ICT dasar untuk peningkatan kompetensi guru seta mengupayakan terwujudnya penerapan pembelajaran berbasis TIK di sekolah, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya saing sekolah di daerah penggiran/tertinggal. Demikian juga dalam bidang perekonomian, sangat memerlukan usaha kemitraan yang solid. Pola kemitraan ini juga merupakan pola hubungan personal yang dimainkan oleh operator cerdas.


Membangun Hubungan Personal

Pendekatan personal yang telah dijelaskan sebelumnya adalah langkah bijak untuk mempertahankan konsumen yang ada agar tidak berpindah ke lain hati. Hati konsumen. Itulah yang akan dipertahankan agar konsumen tetap loyal pada barang atau jasa yang diproduksikan. Dunia memang sudah kian canggih dan semakin dikuasai oleh teknologi informasi, namun manusia tetap akan menjadi manusia. Merujuk pada piramida Abraham Maslow, maka manusia akan tetap memiliki kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman dan tenteram, kebutuhan untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan untuk aktualisasi diri. Dengan memahami kebutuhan manusia, berarti perusahaan dapat memahami kebutuhan konsumen.

Jika konsumen seringkali diidentikkan sebagai “Raja” atau adapula yang mengidentifikasikan sebagai “Boss”, maka seharusnya operator dari sebuah perusahaan melangkah lebih maju lagi yaitu memperlakukan konsumen sebagai “Kekasih”. Orang akan melakukan “apa saja” untuk membuat kekasihnya bahagia. Operator cerdas perlu mengadopsi konsep ini dalam upaya berkompetisi dengan global market.

Perusahaan perlu membangun hubungan personal dengan konsumen demi memenangkan hati mereka. Sebuah survey yang dilakukan oleh Ernest & Young belum lama ini, sebuah perusahaan jasa akuntansi di Amerika Serikat menyebutkan bahwa kebanyakan bisnis mengaku bahwa hubungan personal dengan konsumen hanyalah 10 persen dari keputusan membeli. Namun saat konsumen ditanya, mereka menjawab 70 persen. Artinya bahwa sebagian besar perusahaan telah terlampau meremehkan nilai hubungan dengan konsumen yang sebenarnya sangat besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan.

Terakhir, masyarakat daerah terpencil sangat membutuhkan peran besar dari operator dan kita yang peduli sekaligus prihatin atas kehidupan saudara kita yang tinggal jauh di daerah terpencil. Mereka menunggu usaha-usaha besar dari kita semua untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan mereka. Mari sejenak kita mengingat kata bijak, “memenangkan persaingan bukan semata-mata untuk mengembangkan bisnis semata namun sekaligus sebagai wujud konstribusi untuk tanah air”. Semoga…amin.

*Penulis adalah Jurnalis PPWI Aceh, tinggal di Kota Lhokseumawe

Posting Komentar untuk "MENUNGGU PERAN BESAR OPERATOR CERDAS"