Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tragedi Investigasi Gepeng!


Gambar 1. Membuat penasaran


Foto diatas seringkali dijumpai di perempatan2 daerah Kota Yogyakarta. Setiap kali saya memandangnya, melemparkan ingatan saya beberapa tahun lalu. Sebuah proyek penelitian yang terbilang ambisius saya kira, dimaksudkan untuk menguak rasa ingin tahu saya tentang pro kontra gambar tersebut. Saya dan Hasbi, kami berdua menelusuri jalan-jalan jogja, mencari gelandang dan pengemis (gepeng) untuk mengais informasi. Tragedi itu terjadi sekitar bulan Mei 2010. Entah ide gila dari mana, kami berdua merancang penelitian dengan judul “Dilema Pengemis! (Studi Mengenai Pengemis Sebagai Permasalahan Kemiskinan dan Ketertiban Serta Objek Penyimpangan Hak Asasi Manusia di Kota Yogyakarta)”. Mungkin, karena kami berdua menggila-gilakan satu sama lain saling.  

Awalnya wawancara kami kepada satu per satu gepeng berjalan mulus, seperti yang ditunjukkan foto dibawah ini : 
Gambar 2&3. Wawancara pengemis

Mendengar pemaparan para gepeng, kami terkadang merasa iba, tapi ada juga bikin mangkel, atau membuat kami bertanya tanya, atau bahkan membuat kami lari terbirit birit. Pada gambar diatas, lebih banyak kami merasa iba, karena memang sebagian besar pengemis hidup dalam kemelaratan sedang tidak memiliki keahlian untuk bekerja, sehingga hanya bisa meminta apalagi (maaf) cacat. Ada juga pengemis yang sebenarnya dari keluarga mampu, tapi tidak mau pulang kerumah karena malu memiliki pekerjaan yang terlanjur mengemis. Ada juga anak-anak, pemuda, bahkan nenek-nenek yang kami temui. Ada juga yang baru ngemis, ada juga yang udah profesi turun temurun sejak lama. 

Sebagian besar pengemis memang berasal dari luar Jogja. Ketika kami bertemu pengemis cilik, membuat kami mengelus bahkan menggaruk dada. Bagaimana tidak, padahal umurnya masih belia, ketika kami minta wawancara langsung memberi syarat agar disogok pake rokok. Untung tidak kami sogok betulan, dengan jampi-jampi sekenanya, akhirnya ia mau menguak fakta kehidupannya. Memang sudah lama ia menjadi pengemis, karena tidak jelas orang tuanya. Lain kota, lain orang yang ditemuinya, lain lagi satpol PP yang menangkapnya. Beberapa kali ia mengaku ditangkap oleh satpol PP, dan satu hal yang sering kali diterimanya, yakni bogem mentah, mending kalau masak. Namun ia tidak jera, tetap saja mengemis, dan melakukan tindakan amoral khas anak jalanan lainnya (ngrokok, mabuk, freesex, dll. Naudzubillahmindzalik). Sedikit mangkel sama siapa aja, termasuk diri sendiri, siapa yang akan meluruskan pemahaman kesasar anak ini?? (saat itu sih menyalahkan pemerintah, kenapa hanya bisa memberikan bogem mentah).  

Tragedi sebenarnya terjadi di akhir pencarian gepeng. Hari sudah mulai gelap, kami menemukan gepeng unik. Seorang cacat diatas kursi roda yang didorong oleh seorang berperawakan besar dengan peci putih dan baju koko putih. Tapi aura premannya tidak bisa disembunyikan oleh pakaiannya, mangkanya kami memburunya untuk mewawancarai. Tetapai berungkali kami minta, orang dengan peci putih menolak dengan kasar, bahkan lari untuk menghindar. Akhirnya kami pakai cara terakhir memantau dari jauh dengan senjata siap siaga, yakni kamera. Tapi tak berapa lama, kami ketahuan mengintai, gawat. Gepeng tersebut berlari mengejar kami, langsung saja si hasbi tancap gasnya belalang tempur dengan saya berbonceng dibelakangnya. Alhamdulillah, gempeng tersebut tak mampu menerkam, kami terlampau lari jauh. Tapi rasa kaget masih menerpa, apalagi orang tersebut berlari sambil meneriakkan hewan2 di kebun binatang. Kami yakin, bahwa gepeng itu sindikat yang selama ini kami cari. Sindikat pengemis (orang cacat/anak-anak) yang dipaksa preman. Sayang, data konkrit belum kami dapat. 

Jawaban dari penelitian tersebut sebenarnya tidak membuat kami puas. Bahkan juri di Olimpiade Penelitian tingkat Kota menilai judul kami, yang terdapat unsur 'Dilema' mengindikasikan permasalahan yang tidak bersolusi. Sebenarnya kami jawab dalam hati sebagai orang malas "memang". Tapi, segala sesuatu pasti ada solusi, jangan menyerah kawan. Alhamdulillah, berkat penelitian itu mengantarkan kami ke OPSI Kota. Namun sayang, belum menjadi juara. Rencana untuk diajukan ke OPSI Nasionalpun pupus, karena menemui berbagai kendala. 

 Gambar 4. Saya bersama belalang tempur
 Gambar 5. Kami lolos OPSI Kota
Gambar 6&7. Saya, Hasbi, dan poster penelitian




2 komentar untuk "Tragedi Investigasi Gepeng!"

  1. bagus!!
    btw, itu foto yang terakhir kok mirip anak muallimat ya? hhe

    BalasHapus
  2. yup, entah knapa kok bisa ketemu, ^^

    BalasHapus