KADER IPM DENGAN JATI DIRI KE-INDONESIAAN
KADER IPM DENGAN JATI DIRI
KE-INDONESIAAN
Oleh: Azhar Nasih Ulwan[1]
Indonesia saat ini memasuki usia
70 tahun, tidak berapa lama lagi, 30 tahun kemudian Indonesia akan memasuki
usia seabad. Tepat saat tahun 2045 Indonesia memasuki usianya yang ke-100 atau
1 abad sejak kemerdekaan Republik Indonesia. Indonesia mencanangkan visi
Indonesia emas pada tahun 2045. Indonesia emas dapat diintrepretasikan sebagai
masa kejayaan bangsa Indonesia yang dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat.
Kejayaan menuju Indonesia emas 2045 perlu dipersiapkan dari sekarang dengan
penuh konsistensi.
Indonesia kekinian memiliki identitas
sebagai bangsa besar. Rumah bagi 1.128 suku bangsa dengan 746 bahasa dan
memiliki keragaman flora dan fauna yang dikagumi dunia. Karunia alam dan sumber
daya manusia yang melimpah harusnya mampu menjadikan Indonesia sebagai Negara
maju yang dihormati segala bangsa. Akan tetapi sekian lama kemerdekaan kita
rasakan, mengapa bangsa ini masih menjadi bangsa yang terseok-seok, terhipnotis
oleh kapitalisme dunia dibawah kaki-kaki para pemiliki modal?
Michael J Bonnel dalam Yudhi
Latif (2015) pernah mengungkapkan bahwa suatu Negara akan maju bukan ditentukan
oleh Usia perdabannya, sumber daya alamnya atau kecerdasan bangsanya. Bangsa
kita telah maju peradabannya semenjak zaman sriwijaya dan majapahit, melimpah
sumber daya alamnya hingga dikenal sebagai Zamrud Katulistiwa, dan
cerdas-cerdas anak bangsanya hingga sering menjuarai olimpiade internasional,
tetapi yang kurang dari bangsa kita adalah tidak kenal pada diri sendiri, tidak
percaya diri, tidak punya pendirian dan tidak punya aktualisasi diri.
Dalam mencapai itu semua, bangsa kita harus belajar dan
berproses secara mendalam baik secara keilmuwan, kemampuan maupun nilai-nilai
kebangsaan. Secara keilmuwan kita patut memahami sejarah bangsa sehingga tidak
terjebak pada lubang yang sama di masa lalu. Secara kemampuan kita harus
mengasah bakat dan minat kita sehingga menjadi berguna bagi orang lain. Kita
juga sangat perlu untuk mendalami keagamaan kita, agama islam demi terwujudnya
perangai baik yang membawa negeri ini dalam kedamaian dan kesejahteraan
Genealogi Lahirnya Indonesia dan Peran
Intelejensia Muslim Indonesia
Elemen apa
saja yang menjadi penyusun dari lahirnya sebuah bangsa? Elemen tersebut
diantaranya adalah: 1) bahasa, 2) adat istiadat, 3) wilayah kekuasaan, dan 4)
raja atau penguasa. Sumpah Pemuda 1928 menandakan suatu perubahan yang
fundamental dalam titik kebangsaan kita dimana para pemuda menyatakan sumpahnya
untuk membangun satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Selain itu,
Yudhi Latif mengatakan, bangsa Indonesia terbentuk karena adanya persamaan
geopolitik, persamaan sejarah dan persamaan kemauan.
Lahirnya
bangsa Indonesia dan dicapainya kemerdekaan oleh pendiri bangsa ini tidak lepas
dari semangat perjuangan kaum muslim. Nasionalisme
itu alat perjuangan kaum muslim melawan penjajahan. Hubbul wathon minal iman, cinta negara itu sebagian dari iman. Nasionalisme
Indonesia itu anak kandung umat Islam, hasil dari para pejuang Islam.
Islam yang diwakili
oleh pemberontakan ulama dan kaum santri menjadi nyala api yang mengobarkan
perlawanan terhadap penjajah. Ruang publik pertama di nusantara ini diawali pada
jaringan keagamaan seperti masjid, surau, dan pesantren. Faktor penting yang
memunculkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme adalah agama Islam,
dimana semangat egalitarianisme Islam mendobrak cara pandang feodalisme yang
begitu dominan di nusantara saat itu. Sejak awal tokoh-tokoh penting yang
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah para pejuang Islam.
Pada
tahun 1850-an dengan latar belakang politik perkebunan di nusantara, Belanda
membutuhkan tenaga administratif rendahan untuk mendukung kemajuan industri
perkebunan maka mulai bermunculan sekolah Eropa di nusantara. Didukung dengan
munculnya kebijakan ‘Politik Etis’ pada 1900-an, maka terbentuklah generasi
pertama ‘intelejensia’ atau kelompok terdidik dalam pendidikan Barat di
nusantara.
Generasi pertama
intelejensia adalah generasi HOS Cokroaminoto, H. Agus Salim, Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Dr. Sutomo. Mereka adalah generasi yang disebut sebagai
genarasi ‘proto nasionalisme’, yaitu generasi yang memperjuangkan kemerdekaan
bangsa walaupun masih berlatar belakang keagamaan dan kedaerahan. HOS
Cokroaminoto mendirilan pada tahun 1911. Serikat Islam pada 1919, anggotanya
mencapai 2,25 juta orang. HOS Cokroaminoto, Ketua SI, dijuluki sebagai Raja
Jawa tanpa Mahkota. Saat itu SI menggelar kongres dgn tema Kapitalisme Berdosa,
Bersatulah Kaum Melarat.
Jika kita melihat kembali bunyi Pembukaan UUD 1945 disana tercatat,
mengantarkan rakyat ke depan pintu gerbang kemerdekaan. Artinya para pendiri
bangsa ini ingin mengatakan bahwa perjuangan bangsa Indonesia belum selesai,
perjuangan di alam kemerdekaan itu baru saja dimulai.
Berbeda dengan kondisi
bangsa saat ini, pemimpin negeri ini telah kehilangan jiwa nasionalismenya.
Karena tidak lagi berfikir menjaga kedaulatan bangsanya, justru yang terjadi
sebaliknya, menyerahkannya kepada asing. Freeport dan Blok Cepu menjadi jaminan
utang Amerika Serikat kepada China. Presiden Jokowi malah menandatangani
perpanjangan kontrak dengan Freeport. Negara melanggar undang-undangnya sendiri
dalam kasus Freeport dan Blok Cepu.
Nelson Mandela mantan Presiden Afrika
Selatan pernah berkata bahwa berkuasa atau tidak berkuasa itu bisa sama saja
nilainya. Seorang presiden yang ketika berkuasa tidak menjaga integritasnya
maka ia tidak punya kemuliaan. Kita perlu kagum dan belajar pada Bung Hatta ketika ia membuat pledoi pembelaan yang berbunyi hanya
ada satu tanah airku, dimana tanah air itu hanya tumbuh dengan tindakan nyata
yang kita perbuat.
Belajar dari sejarah
panjang bangsa ini, pada abad ke 7 sampai ke 13 terdapat tiga dinasti imperium
besar yang memimpin dunia dalam waktu yang hampir bersamaan : 1) Dinasti Islam
Abbasiyah di Baghdad, 2) Dinasti Tang di China,
3) Dinasti Sriwijaya di Nusantara. Siklus sejarah akan kembali lagi dimana
Indonesia akan bangkit menjadi peradaban besar, karena Indonesia adalah sintesa
bertemunya dua imperium besar di masa lalu, dinasti Islam Abbasiyah dan dinasti
Sriwijaya.
Belajar dari Kebangkitan Negara Lain
Kebangkitan nasional di Cina sangat
menarik untuk dikaji, ditelaah dan diperbandingkan dengan kebangkitan nasional
di Indonesia. Dilihat dari pendeklarasian kemerdekaan, Indonesia lebih dulu
melakukannya yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 dan Cina pada 1 Oktober 1949.
Indonesia pun pada pemerintahan Soekarno pernah berlaku seperti Cina, yaitu
menutup rapat-rapat pintu investasi asing. Namun sayang usaha Soekarno tumbang
di tengah jalan meninggalkan Indonesia memiliki visi ekonomi yang tidak jelas,
sedangakan Cina sedang dengan getolnya dibangun oleh seroang visioner Mao Ze
Dong. Artikel ini berusaha memaparkan apa yang sebenarnya menjadi faktor
distingtif pembeda kebangkitan nasional di Cina dan Indonesia, serta apa yang
bisa kita semua pelajari tentang kebangkita Cina secara ekonomi serta
kontribusinya untuk kawasan.
Kebangkitan
nasional tentu dimaknai sebagai peringatan sakral di Indonesia; tentu karena
setiap tahun diperingati setiap 20 Mei dan hari tersebut seyogyanya adalah
suatu momen turning point bagi bangsa dan negara untuk bangkit rasa patriotisme
dan nasionalismenya. Tapi yang saya lihat sejauh ini, kebangkitan nasional di
negara kita tak ubahnya suatu fenomena berkibarnya merah putih di televisi
(selain pada acara 17 Agustus-an), maraknya sitkom-sitkom dengan tema perjuangan,
pemberian penghargaan ini itu dan tetek bengek lainnya. Bukannya mengenang
sejarah bangsa dan menunjukkan nasionalisme hal yang buruk, tapi tidakkah
seharusnya kebangkitan nasional dimaknai dengan lebih dalam sebagai perjuangan
sampai titik darah penghabisan untuk membangun bangsa??
Membangun Peradaban Emas 100 Tahun
Indonesia
Indonesia memiliki banyak peluang yang besar untuk
dimanfaatkan dalam usaha mencapai Indonesia emas 2045. Jika berbicara potensi
dan optimisme Indonesia, pesimisme bangsa yang selalu merundung negeri ini
melalui pemberitaan media dapat disingkirkan. Potensi sumber daya alam yang
sangat melimpah jika dimanfaatkan dengan baik tentu akan membantu
mensejahterakan rakyat. Bumi Indonesia yang berada tepat di garis khatulistiwa
memiliki kesuburan yang tinggi, sehingga negara ini akan kuat di bidang
agroindustri.
Bonus demografi menjadi peluang
penting bagi Indonesia. Diperkirakan hingga tahun 2045, populasi penduduk
Indonesia akan didominasi oleh penduduk usia produktif. Penduduk dalam kelompok
usia ini merupakan penduduk yang aktif dalam kegiatan ekonomi, menggerakkan
roda pembangunan dan berada di posisi pemimpin. Bila Indonesia mampu
mempersiapkan dan membangun kualitas penduduk usia produktif ini, maka dapat
diprediksi Indonesia dapat mengalami demography
boom. Jika hal tersebut terjadi,
Indonesia dapat mengalami pembangunan yang cepat dan berkualitas.
Peran dan Posisi Kader IPM dalam
Menyambut 100 Tahun Indonesia
Pertanyaannnya kemudian, apa yang dapat kita lakukan dan
generasi muda masa kini dan sebagai kader IPM untuk mewujudkan Indonesia emas
2045? Setiap generasi muda Indonesia harus terlibat dalam setiap tahapan
pembangunan Indonesia sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Setiap
pemuda perlu menempuh pendidikan yang lebih tinggi agar memiliki wawasan global
dan mampu memahami kondisi riil bangsa ini secara kontekstual maupun
konseptual.
Kita harus terus mengembangkan diri agar siap membawa
estafet kepemimpinan bangsa di masa depan. Terus belajar dan mengenyam
pendidikan hingga tingkat paling akhir. Berperan dalam pembangunan sesuai
bidang yang kita tekuni. Tidak hanya mencapai pendidikan tertinggi secara
formal, tetapi kita juga harus matang secara kelimuwan. Kisah menarik Bung Hatta ketika
pulang dari Belanda, beliau membawa pulang koleksi buku bacaannya yang
membutuhkan waktu tiga hari pengepakan dan berjumlah sebanyak 16 peti. Dengan
jumlah bacaan sebanyak itulah modal intelektual yang disiapkan Bung Hatta untuk
menjadi pemimpin bangsa Indonesia, lalu bagaimana dengan persiapan para pemuda
saat ini?
Referensi:
Dr. Adian Husaini. Isalam dan Sejarah dan Penyatuan
Nusantara
Muhammad Jazir ASP. Tonggak-tonggak Sejarah.
Renne Pattiradjawane. Kebangkitan China, Jepang, dan
Korea Selatan
Yudhi Latif. Demokrasi Kebudayaan dan Budaya Demokrasi
Zaim Uchrowi. Membangun Indonesia Madani.
Saran Buku Bacaan:
Hamka. 1982. Islam
dan Majapahit. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hatta, M. 1960. Demokrasi
Kita. Jakarta: Pandji Masyarakat.
Latif, Y. 2011. Negara
Paripurna: Historitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Machmudi, Yon. Islamising Indonesia: The Rise of Jamaah Tarbiyah and Prosperous Justice
Party (PKS). Disertasi tidak diterbitkan di Australian National
University, tahun 2006.
[1]
Ketua Umum PW IPM DIY Periode 2014-2016. Makalah disampaikan dalam Diskusi
Rutin Dwi Mingguan PIP PW IPM DIY hari Rabu, tanggal 29 April 2015.
Posting Komentar untuk " KADER IPM DENGAN JATI DIRI KE-INDONESIAAN"