Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mendirikan Distro IPM ~ Bagian 1


Saat itu, tanpa ada gambaran dan persiapan apapun, saya terpilih menjadi Ketua Umum PD IPM Jogja periode 2013-2015. Keputusan Musda XXIII pada tanggal 16-17 Februari 2013 di SMA Muhammadiyah bulat menetapkan Azhar Nasih Ulwan sebagai ketua umum dan Annisa Nur Fitriana sebagai sekretaris umum. Dengan begitu, mulailah tanggung jawab saya untuk membawa nahkoda kepemimpinan PD IPM Jogja. Tentu hal yang berat memimpin organisasi dengan basis masa 15.000-an anggota, tapi dengan bismillah saya coba dengan mantap 2 tahun kepengurusan itu. 

Kami dilantik pada tanggal 23 Maret 2013 di PDM Kota Jogja. Ini pertama kalinya saya menduduki posisi ketua di sebuah organisasi. Membingungkan memang ketika tidak pernah mengangan-angankan sekalipun untuk menjadi ketua. Biasanya paling sering saya menduduki posisi sekretaris yang sebagian besar kerjanya berada di belakang layar (man behind the scene). Shock terapi menjadi seorang ketua bisa dibilang berlangsung hampir satu tahun atau setengah periode kepengurusan. 

Hal yang lumrah bagi ketua organisasi untuk membuat rancangan visi misi organisasi yang dipimpinnya. Begitupun saya, berbagai pencarian referensi dan renungan coba saya lakukan untuk bisa merancang program yang terbaik. Hal yang cukup menguras energi saya adalah merencanakan keuangan selama satu periode kedepan. Dari laporan tahun-tahun sebelumnya yang saya pelajari, sokongan dana terbesar IPM ternyata berasal dari iuran anggotanya. 

Pada periode sebeumnya, iuran anggota atau IA ditarik oleh Majelis Dikdasmen PDM. Tetapi dalam proses penarikannya tidak semua sekolah menyetorkan IA anggota IPM (siswa SMP/SMA Muhammadiyah) kepada Dikdasmen. Hal ini yang menyebabkan setiap kepengurusan PD IPM selalu memiliki hutang kepada PDM karena pengeluaran untuk operasional organisasi lebih besar daripada pemasukan yang didapat dari IA. 

Setelah saya hitung kembali, jika IA ini ditarik secara mandiri oleh PD IPM dan hasilnya maksimal, maka dana IA yang terkumpul cukup fantastis. Dana ini lebih dari angka operasional yang dibutuhkan oleh PD IPM. Saat itu mulai terbesit di benak saya untuk menyisihkan sebagian uang operasional yang lebih agar dijadikan sebagai dana abadi. Dana abadi disini saya maksudkan untuk dijadikan sebagai modal usaha/bisnis yang nantinya uang tersebut dapat berputar dan menghasilkan uang kembali. Disinilah ada cita-cita saya untuk menjadikan PD IPM lebih mandiri. 

Cukup bingung memang menentukan usaha apa yang akan dirintis. Berhubung saat itu saya secara pribadi akan membuat usaha kaos distro, maka pada pleno 2 PD IPM Jogja saya ajukan rancangan bisnis dengan merek dagang Distro Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Tidak mudah memang ketika kita mengusahakan sebuah gagasan/ ide yang baru dan itu besar. 

Tidak sedikit yang sinis terhadap proyek yang saya ajukan ini. Sebagian besar menganggap proyek ini hanya ambisius dari seorang ketua semata untuk memperoleh keuntungan pribadi. Memang pada awalnya saya mengajukan pembagian saham 50:50 karena semua konsep desain dan operasional akan saya handel sendiri diawal. Walaupun pada akhirnya selama perjalanan seluruh keuntungan kembali ke Distro IPM dan PD IPM. Kedepannya sudah saya targetkan untuk berdirinya lembaga Distro IPM yang mandiri tanpa campur tangan pendirinya. Alhamdulillah pada tanggal 31 Agustus 2014 bertepatan dengan penutupan FORTASI, Distro IPM didirikan.

Posting Komentar untuk "Mendirikan Distro IPM ~ Bagian 1"